Sejarah
- Masa Penjajahan Belanda
Pada masa penjajahan Belanda, Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan bagian dari “Afdeling Van Hoeloe Soengai” yang berkedudukan di Kandangan. Wilayah ini terdiri dari lima onder afdeling, yaitu Onder Afdeling Tandjung, Onder Afdeling Amoentai, Onder Afdeling Barabai, Onder Afdeling Kandangan, dan Onder Afdeling Rantau. Afdeling Van Hoeloe Soengai adalah wilayah yang sekarang dikenal sebagai Hulu Sungai atau Banua Anam.
- Masa Penjajahan Jepang
Saat penjajahan Jepang, struktur pembagian wilayah tetap dipertahankan seperti pada masa Belanda, namun nama-nama diganti dengan bahasa Jepang. Afdeling Van Hoeloe Soengai berubah menjadi Hoeloe Soengai Ken, dan pejabatnya disebut Hoeloe Soengai Ken Reken. Onder Afdeling menjadi Bunken, dengan pejabat bernama Bunken Ken Riken.
- Masa Kemerdekaan
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, wilayah Indonesia dibagi menjadi delapan provinsi, termasuk Provinsi Borneo yang beribu kota di Banjarmasin, dipimpin oleh Ir. Pangeran Moehammad Noor. Pada tahun 1946, pemerintah Belanda, yang saat itu tidak mengakui kemerdekaan Indonesia, membagi Borneo menjadi tiga karesidenan, dan Afdeling Van Hoeloe Soengai menjadi bagian dari Residentie Zuld Borneo.Rakyat Kalimantan tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, yang mencapai puncaknya dengan Proklamasi Gubernur Tentara ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan pada 17 Mei 1949 di Desa Ni’ih, yang menegaskan bahwa Kalimantan Selatan adalah bagian tak terpisahkan dari Republik Indonesia.Dengan pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949, terbentuklah Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Daerah Banjar dan Van Hoeloe Soengai tetap berdiri sendiri. Pada April 1950, melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri, wilayah Kalimantan dibagi menjadi enam kabupaten administratif dan tiga swapraja, termasuk Kabupaten Hulu Sungai dengan ibu kota Kandangan.Pembentukan kabupaten otonomi sesuai Undang-Undang 22 Tahun 1948 dilakukan pada 14 Agustus 1950 melalui Keputusan Gubernur Kalimantan, menjadikan Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebagai kabupaten otonom.
Benteng Belanda di Hamawang
Belanda mendirikan benteng di Hamawang sekitar tahun 1858 untuk mengamankan wilayah dan menghadapi perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Tumenggung Raksa Yuda, Tumenggung Antaluddin, dan Panglima Mat Lima. Untuk mengamankan benteng tersebut, Belanda mengalihkan aliran Sungai Amandit dan mulai membangun infrastruktur seperti jalan raya dari Banjarmasin ke Hulu Sungai.
Benteng Madang
Benteng ini didirikan oleh Tumenggung Antaluddin di Gunung Madang sekitar 4 km dari Kandangan. Benteng berbentuk bundar dan bertingkat dua dengan pertahanan berlapis dari batang kayu madang. Benteng ini dipertahankan dengan gigih oleh pasukan Madang dalam berbagai serangan Belanda pada tahun 1860.
Amuk Hantarukung
Pada 18 September 1899, perlawanan terhadap Belanda di Hantarukung dipimpin oleh Bukhari dan Santar, dengan latar belakang penolakan rakyat terhadap kerja paksa dan pajak tinggi yang diberlakukan Belanda. Amuk ini menimbulkan banyak korban, termasuk pejabat Belanda dan bumiputra.
Masa Pendudukan Jepang
Jepang tetap menggunakan sistem pemerintahan yang ada dari masa Belanda dan menambahkan unsur-unsur budaya Jepang dalam kehidupan sehari-hari, termasuk pendidikan dan kegiatan pemuda. Kekuasaan Jepang berakhir setelah menyerah kepada Sekutu pada Agustus 1945.
Berita Proklamasi Kemerdekaan
Pada 20 Agustus 1945, berita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia disebarluaskan di Kandangan melalui surat kabar Borneo Shimboen. Respon rakyat sangat antusias, meskipun Jepang masih mengendalikan situasi hingga pasukan Sekutu tiba.
Pasar Malam Kemerdekaan
Setelah kedatangan pasukan AFNEI dan NICA, masyarakat menggelar pasar malam untuk memaklumkan keberadaan Republik Indonesia. Namun, acara ini diintervensi oleh pasukan Australia dan NICA, yang berusaha membubarkan kerumunan rakyat.
Pembentukan PPRIM dan KNI Daerah Negara
PPRIM didirikan di Negara pada 25 September 1945 untuk mempersiapkan jalannya pemerintahan dan perjuangan kemerdekaan. Pawai Merah Putih kemudian dilaksanakan untuk memperkuat semangat kemerdekaan.
Tumbuhnya Organisasi Kelaskaran
Organisasi kelaskaran seperti Germeri mulai muncul untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Latihan militer dilaksanakan secara rahasia untuk mempersiapkan perlawanan terhadap Belanda yang ingin kembali berkuasa.